Deskripsi Buku: Pemikiran Suhrawardi

Pemikiran Suhrawardi bukan sebuah konstruksi teologi ataupun teosofi—juga bukan gagasan orientate (fikrah dari Timur)—sebagaimana telah disalahpahami selama ini. Ia merupakan filsafat murni yang dibangun dengan landasan rasional yang kuat, serta memiliki sistematika dan struktur yang sangat rapi. Ia adalah filsafat yang memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari filsafat-filsafat lain yang pernah dikenal dalam sejarah pemikiran Islam. Ia adalah filsafat yang menyatu dengan cahaya, yang darinya terpancar semua realitas dan kebenaran.

Pemikiran Syihab al-Din Suhrawardi (1153–1191 M) menjadi semacam puncak dari seluruh tradisi filsafat Islam yang pernah ada sebelumnya. Ia merupakan sintesis dari seluruh pemikiran para filsuf besar Islam, seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Bajjah, serta pemikiran para filsuf Yunani, seperti Plato dan Aristoteles. Ia juga merupakan sintesis dari seluruh tradisi mistisisme dan esoterisme Islam, seperti yang terdapat dalam ajaran para sufi dan para tokoh Ismailiyah. Dengan kata lain, pemikiran Suhrawardi merupakan semacam titik temu dari seluruh tradisi intelektual Islam dan filsafat Islam.

Pada saat yang sama, para historisitas Islam telah menjadikan filsafat Suhrawardi sebagai semacam titik balik dalam sejarah filsafat Islam. Mereka menyebutnya sebagai filsafat iluminasi (hikmah al-israqiyyah), yang menandai dimulainya babak baru dalam sejarah filsafat Islam, serta menandai berakhirnya seluruh tradisi filsafat Islam yang pernah ada sebelumnya.

“Filsafat Suhrawardi merupakan titik-balik sejarah filsafat Islam. Ia merupakan semacam sintesis dari seluruh tradisi intelektual Islam dan filsafat Islam, serta titik temu dari seluruh pemikiran para filsuf besar Islam dan para filsuf Yunani. Ia adalah filsafat yang menyatu dengan cahaya, yang darinya terpancar semua realitas dan kebenaran.” —John Walbridge, The Leaven of the Ancients: Suhrawardi and the Heritage of the Greek Philosophers, Cambridge: HarperCollins Publishers, 1995: 173.